#menimpa ambulance
Explore tagged Tumblr posts
Text
Truk Terbalik dan Menimpa Mobil Ambulance Yang Sedang Membawa Pasien
Truk Terbalik dan Menimpa Mobil Ambulance Yang Sedang Membawa Pasien
Solok Selatan, Sumbartodaynews.com – Mobil truk yang terbalik dan menimpa mobil ambulance yang sedang membawa pasien ini terjadi pada hari Sabtu 10 juni 2021 satu unit truk tangki cpo yang bernopol BA 9396 Bu serta mobil ambulance yang bernopol BA 9018 YK, konsdisi mobil truk terbalik dan menimpa mobil ambulance ini terjadi di bukit manggis lubuk malako solok selatan. kronologi kejadian…
View On WordPress
#bukit manggis#himpit ambulance#lubuk malako#menimpa ambulance#mobil ambulance#solok selatan#Sumbartodaynews#truk terbalik
0 notes
Text
It's okay, to be not okay (2)
Melanjutkan cerita sebelumnya, mumpung kesadaran sedang penuh.
Setelah kembali ke tempat awal, diantara tamu yang berdatangan mengucapkan belasungkawa terdengar beberapa berbisik "itu yang kecelakaan di video itu kan ya", "yang fotonya begini begitu kan ya", "yang di post sama akun blabla kan ya". Damn, rasanya marah mendengar yang mereka katakan, namun badan sendiri kaku untuk bergerak, apalagi menegur orang-orang dengan empati dan simpati yang nihil.
Setiap yang datang selalu bertanya, loh kenapa, kok bisa, gimana ceritanya. Aku menjawab sesingkat mungkin, bukan berdasarkan kata berita yang beredar, namun kenyataan dan keterangan yang dikumpulkan menjadi kronologis oleh pihak berwajib.
Malam semakin larut, aku tetap duduk disebelah almarhum, rasanya enggan meninggalkan dia barang sedetik saja. Aku memilih untuk tidur di samping keranda, menatap lekat-lekat jenazah dari orang yang aku cintai.
Akhirnya pagi datang begitu cepat, semua bersiap membawa jenazah untuk dikuburkan di pemakaman keluarga Cianjur. Aku sekali lagi memilih untuk ikut ke dalam ambulance, duduk di kursi belakang tepat di depan tangan jenazah. Aku mengusapnya berkali-kali sepanjang perjalanan.
Sesampainya di sana, kami langsung melakukan proses pemakaman, tak bisa aku pungkiri, melihat almarhum di tutup oleh tanah, membuat aku menangis sejadi-jadinya. Terlintas 3 bulan sebelumnya, dengan situasi yang sama, almarhum memelukku sambil menangis ketika pemakaman ayah. Dia memelukku dengan erat, dan berjanji akan lebih menjagaku hingga tua nanti.
Ah rasanya seperti mimpi buruk, melangkahkan kaki pergi tanpa dia. Setelah pemakaman, aku masih harus mengurusi banyak hal mengenai almarhum, dari mulai berkali-kali ke kantor polisi, kembali ke rumah sakit, ke kantor almarhum, ke rumah kopo. Bertemu dengan pihak-pihak yang terlibat kecelakaan, menyelesaikan perkara. Informasi-informasi, deskripsi dan gambar-gambar yang beredar. Membuat aku terus teringat kejadian mengerikan itu, belum lagi jalan yang aku lewati untuk bekerja adalah tempat kejadian.
Masa berkabung yang seharusnya terlewati perlahan, malah terhambat oleh rasa trauma yang mengerikan, hingga saat ini ditulis, aku masih mengkonsumsi obat, aku masih berkonsultasi dengan profesional, aku masih belum bisa membayangkan sosok almarhum secara utuh, padahal aku selalu memandangi fotonya, agar aku bisa mengingat almarhum dalam keadaan baik.
Apakah aku sudah menerima bahwa almarhum memang sudah tiada? Jawabannya ya. Apakah aku masih merasa bersalah akan hal yang menimpa almarhum? Jawabannya terkadang masih. Apakah aku pernah memimpikan almarhum setelah tiada? Jawabannya tidak, justru setiap ingin tertidur bayangan mengerikan itu masih terlintas. Apakah aku masih mengalami ketakutan melewati tempat itu? Jawabannya aku masih merasa cemas, tidak takut. Apakah aku sudah memaafkan semua orang atas kejadian itu? Sudah dari awal aku sudah memaafkan mereka. Apakah aku sudah memaafkan orang-orang yang memberikan sumbangsih dalam depresi kali ini? Jawabannya ya, aku memaklumi mereka, dan aku memaafkan mereka. Apakah aku sudah memaafkan dia karena pergi begitu cepat meninggalkan aku? Jawabannya sudah, di samping jenazahnya semalaman aku berbisik lirih, "gapapa yang, gak usah minta maaf, aku udah maafin kamu, yang tenang ya". Apakah aku sudah memaafkan diri aku sendiri? Jawabannya belum.
Sampai saat ini ditulis, aku bisa menghitung berapa kali aku menangis, tak lebih dari jari tangan. Sampai saat ini ditulis, aku masih berharap bisa melihat sosok dia secara utuh baik dalam bayanganku ataupun mimpi. Sampai saat ini ditulis, aku beberapa kali mencoba melakukan hal bodoh yang untungnya selalu gagal.
Hingga anak kami lahir, aku masih berjuang mempertahankan kewarasan demi anak ini. (Masa berkabung yang belum usai, proses melahirkan dan mengobati trauma dalam saat bersamaan akan aku tulis selanjutnya)
16 notes
·
View notes
Text
Kulawi dan Perjalanan yang Mendebarkan
Sabtu, 13 Oktober 2018. Aku, mules, cawet, kak sukma, kak lapi, supir ambulance yang bernama arfa dan satu pemuda Silae melakukan perjalanan ke Kecamatan Kulawi. Tempat yang terbayang bayang dari semalam karena sebelumnya aku mencari data dan deskripsi keadaan wilayah di beberapa pos dari mulai posko pusat korem 132, posko Kab. Sigi sampai Posko Mapala. Daerah yang selalu dideskripsikan mengerikan, banyak kerugian dan aksesnya yang sulit. Hal ini semua yang memenuhi pikiran aku sejak mendapatkan data hingga keberangkatan pagi ini menuju posko Mapala.
Sebelum bertolak ke posko Mapala, aku dan ke 3 temanku membeli beberapa kebutuhan untuk penyintas yang akan kami distribusikan ke daerah Kulawi. sekitar pukul set 12 siang kami berangkat menuju posko Mapala, aku dan beberapa kawan kawan mapala telah menyepakati untuk berangkat bersama menuju Kulawi pada pukul 11 siang namun kenyataannya tidaklaah semudah itu fergusoo...., yaaap sekali lagi itu laah kelebihan orang indonesia apalagi mapala suka sekali melebih lebihkan jam yang telah disepakati. tapi itu semua tidaklah jadi masalah, sembari menunggu kami bercengkrama dengan beberapa mapala lain yang menjadi relawan, sedangkan aku hilir mudik mencari keterangan lebih lanjut mengenai akses menuju kulawi ke ketua posko mapala dan kawan kawan mapala Tadulako lainnya yang tempat tinggalnya di daerah Kulawi. Lagi lagi keterangannya tetap sama "daerah ini itu daerah yang rawan longsor mba, kanan jurang kiri tebing, jangankan abis gempa mba, hari biasa kalau hujan aja tebingnya sering longsor" itu adalah kalimat yang di lontarkan oleh seorang wanita dari jurusan perternakan yang merupakan orang asli kulawi. Semakin banyak cerita yang didapat, semakin penasaran dan berdebar hati ini menantikan betapa serunya perjalanan menuju Kulawi nanti.
Setelah makan biskuit yang disuguhkan oleh rekan rekan mapala, aku pamit izin sholat dzuhur. kembali lagi dengan muka sedikit segar dan lagi-lagi menunggu kesiapan teman mapala untuk menuju lokasi yang sama. sempat terlontar olah senior aku, dia bilang "kenapa kita ngk berangkat duluan aja, kan ada orang Palu yang tau medan?" dengan tegas aku menjawab: "ngk bisa kak, yang tau medan ketika setelah terjadinya gempa itu anak mapala. aku ngk mau ambil risiko lebih besar dengan kesana sendiri tanpa rombongan, jadi sabar aja demi kebaikan kita" yaaap benar aku terlalu cupu untuk berjalan dengan rombongan sendiri terlebih lagi otak aku dipenuhi dengan segala data dan deskripsi orang orang yang telah bercerita tentang akses ke Kulawi. Adzan Ashar berkumandang dan aku kembali izin sholat, setelahnya sempat berdoa untuk keselamatan perjalanan kami.
Tepat pukul 15. 20 WITA, kami berangkat menuju Kulawi, sebuah negeri yang penuh misteri hingga sesekali membuat risau hati bagi siapa yang mendengar deksripsinya. Mobil ambulance yang menjadi kendaraan kami melaju duluan disertai mobil truck putih berisi logistik dan relawan mapala yang mengabdikan diri membantu kulawi nantinya. Jalan terus kita lalui dari universitas tadulako, memasuki wilayah sigi biromaru dan kami pun di sambut dengan hujan ringan memasuki kabupaten Sigi. Hujan tidak menghentikan perjalanan kami, perjalanan dilanjutkan melalui sibalaya, dolo. Memasuki wilayah Tuva hingga Salua terlihat pemandangan yang kehancuran akibat gempa yang parah, kana kiri jalan dipenuhi dengan runtuhan bangunan hampir rata dengan tanah dan tenda tenda pengungsian, banyak anjing anjing yang berkeliaran dijalan. Sesekali melihat beberapa gereja yang hancur, daerah ini mayoritas menganut agama kristen oleh sebab itu banyak sekali anjing dan gereja disepanjang jalan.
Memasuki desa Salua, salah satu desa Di kecamatan Kulawi yang sering dilanda banjir bandang dan longsor karena berada di lembahan. Melewati desa ini semakin terasa petualangan menegangkan pasalnya kontur daerah sudah mulai berubah tak lagi datar, sedikit menyulitkan berkendara. Jalan terus dilalui, kami mulai melewati rumah rumah penduduk dan memasuki hutan dengan tebing di sebelah kiri dan jurang di sebelah kanan. Awalnya jalan raya Poros Kulawi ini nampak biasa, setelah kurang lebih 10 menit melalui hutan baru laaah aku membuktikan apa yang dikatakan orang orang tentang akses menuju Kulawi. Selamat datang di Kawasan Wisata Kab. Sigi, yaaa itu adalah tugu selamat datang sekaligus menandakan perjalanan yang amat mendebarkan akan dimulai. Jalan aspal mulai sempit akibat longsoran sari arah kiri jalan, dipenuhi tanah coklat yang licin akibat hujan. beberapa Longsoran sudah kami hitung, kurang lebih ada 13 longsoran telah kami lalui dengan lancar walau jantung berdegup kencang. Longsoran selanjutanya lebih mengerikan, longsoran yang tepat terjadi di tikungan dengan banyak pohon melintang memenuhi longsoran menimbulkan gundukan tanah licin menikuk yang harus dilalui truck putih dengan bobot sembako dan bantuan lainnya harus melaju melewatinya. beberapa kali supir berusaha keras menekan pedal gas namun tak sanggup pula melaluinya, dan ambulance yang menjadi tumpangan kami yang tepat berada di belakangnya pun heboh dengan suara suara istigfar dan teguran kepada arfa sang supir untuk menjauhi truck karena kami semua takut truck itu tergelincir dan menimpa mobil ini. melihat dengan mata kepala sendiri tepat di depan truck besar tak bisa menaiki jalan dengan gundukan longsor di jalan menukik membuat seisi mobil memasang wajah pucat, gemetar tak karuan. Tak tahan kami duduk di dalam mobil dengan was was, akhirnya seisi mobil keluar. Tak kalah mendebarkannya di luar mobil, pandangan semakin luas melihat semua longsoran di tebing dan jalan yang licin serta jurang yang diselimuti pohon lebat amat dalam di sisi kanan membuat wajah nampak tak karuan, menginjakkan kaki di tanah licin dengan dibahasi rintikan hujan dengan sesekali melihat batu bergelimpangan jatuh dari atas tebing mahkota longsor membuat aku semakin berdebar. Rasa takut, rasa tak percaya telah melakukan perjalanan gila mengambil risiko tinggi mengancam nyawa. dengan ditutupi masker aku menahan takut dan pucat diwajah melihat segala medan yang dilalui. Menyaksikan beberapa kali truck berusaha melewati gundukan longsor licin dengan jalan menukik dan akhirnya bisa dilalui kemudian diikuti oleh mobil ambulance dengan pengendara arfa sekali menekan gas langsung bisa terlewati. sedangkan se-isi mobil ambulance lainnya menegarkan kaki untuk melangkah melewati longsoran tinggi menukik ini dengan berjalan kaki karena tak sanggup menahan ketakutan didalam mobil.
Longsoran berikutnya kami lalui dengan mulus, tak terasa senja mulai sirna. Diantara longsoran ke 20 kami beristirahat menghela nafas panjang dengan segala ketakutan yang ada. Setelah melewati tebing dengan dipenuhi longsoran di jalan yang berliku-liku ditemani rintikan hujan, beberapa orang menggelar tikar plastik untuk menunaikan sholat maghrib. Di tanah yang datar antara tebing dan jurang dengan sinar fajar yang hampir terbenam menyaksikan dengan jelas longsor didepan dan dibelakang jalan yang dilalui dan bukit bukit yang dihiasi longsor mengelilingi tempat ini. Berbekal air minun di tempat kuning bergambar minion dan senter yang dipinjamkan oleh dukaca (ketua umum yang mempercayakan aku sebagai leader tim) kami berwudhu. Di sini, ditempat menegangkan ini, aku bersujud kepadaMu wahai Illahi dan memanjatkan doa meminta keselamatan dan ketabahan hati melalui jalan ini. Sembari berdoa, aku sadar bahwa kita hanyalah manusia yang sangat kecil, bila Allah berkehendak hanya dengan longsoran tebing yang berada disebelah kiri kami semua akan binasa. Betapa kecilnya manusia dengan segala cobaan yang ada.
Ditemani malam gelap gulita dengan medan yang semakin lama semakin menantang. Karena seringnya truck mundur tak kuat melewati longsor, akhirnya aku yang duduk didepan dipindahkan ke belakang bertukar dengan mules untuk siapsiaga turun bila dan mendorong truck bila butuh bantuan. Ternyata duduk dibelakang lebih mendebarkan, tidak ada mobil di belakang mobil kami, aku hanya bisa melihat kegelapan. Sesekali aku melihat seorang TNI denga motor trailnya berpatroli di daerah ini, membantu orang orang yang mengakses jalan di gunung potong ini, Salut hati ini melihat bapak TNI bertugas. Semakin lama hujan semakin deras, suasa semakin mendebarkan. Beberapa kali kami melewati longsor dan aku menyaksikan tepat disamping kiri aku duduk badan ambulance ini dijatuhi batuan batuan dari atas longsoran, setiap dentuman batu itu membuat jantungku tambah berdegup kencang. Entah di longsoran ke 20 berapa kami menyaksikan dua sepotong kain putih berkibar pada satu ranting tertanam di gundukan tanah longsor yang kami lalui, seketika bulu bulu di tubuh ini berdiri ketakutan dengan detak jantung tak menentu sambil memegang kardus ikan kaleng yang hampir jatuh bila tak ditahan tangan ini ketika mobil menanjak dan menikuk melewati gundukan tanah dengan ranting diikat kain putih itu. Ranting yang tertanam dengan ikatan kain putih itu menandakan ada dua orang yang tertombun longsor pada kemarin. Istigfar terus dipanjatkan di dalam hati untuk mengurangi sedikit rasa takut yang ada. Tak tahan dengan kegelapan dan ketakutan yang ada, arfa sang supir menyetel lagu keras keras demi memecah kesunyian yang ada. Sedikit membantu memecah keadaan ketakutan ini dengan alunan nada yang cepat gembira, namun tetap ketakutan dan ketegangan ini tak mudah hilang hanya dengan alunan nada itu.
Longsoran ke 25 telah kami lewati, akhirnya terdapat juga kehidupan lain selain truck putih dan ambulance yang kami tumpangi. Terdapat beberapa antrian kendaraan yang mau memasukin desa Namo, merupakan pertanda berakhirnya petualangan menegangkan melalui gunung potong. Sedikit lega sudah melalui 25 longsoran luar biasa itu, namun perjalanan masih panjang untuk sampai ke desa Bolapapu yang merupakan ibukota dari kec. Kulawi. Antrian panjang mulai terlerai, kami pun perlahan melaju menuju Bolapapu. Tepat Pukul 8 malam kami sampai di desa Bolapapu, berhenti di dekat lapangan besar dan singgah di gudang logistik untuk meregangkan kaki dan mengembalikan detak jantung. Ingin rasanya langsung memejamkan mata, namun tugas belum usai kawan. Kami harus mencari data dan tempat menginap karena kami tak mungkin bersatu dengan mapala lain, sekali lagi karena kami punya misi sendiri. Akhirnya mules dengan segala ketidaksengajaannya bertemu dengan kepala desa Boladangko. Kemudian mengajak aku untuk mewawancara bapak Thomas kepala desa Boladangko untuk mengetahui data dampak dan kebutuhan desa ini. Dengan sigap aku dan kawan lainnya melangkah menuju pengungsian pak Thomas. Obrolan dibuka dan aku pun mulai menyalam mencari data dari pak Thomas. Dengan ditemani gonggongan anjing dan secangkir teh serta kopi hangat kami bercengkrama.
Perut yang sedari siang lapar terisi dengan mie instan dan nasi, sayangnya hanya aku yang tidak bisa menyantap mie dengan kuah hangat karena usus yang bermasalah ini alhasil aku hanya bisa menikmati hangatnya nasi yang dibasahi kuah mie. Tak jadi masalah bagiku asal masih bisa makan di daerah terdampak seperti ini saja sudah bersyukur. Malam sudah mulai larut, kami pun ditawarkan untuk menginap di salah satu rumah tingkat kayu yang tidak hancur akibat gempa 28 september silam. Diantarlah kami oleh seorang bapak bertubuh gemuk ke rumah kayu yang terletak di depan kantor koramil dekat lapangan desa Bolapapu, sesampainya didepan halaman rumah kami disambut dengan gonggongan keras beberapa anjing. Dipersilahkanlah kami memasuki ruang tamu dilantai 2. Daerah ini tak ada listrik semenjak gempa terjadi, masyarakat hanya mengandalkan genset untuk menerangi pengungsiannya. Kebetulan rumah ini tidak dialiri listrik dari genset yang ada di pengungsian karena jaraknya yang cukup jauh menghabiskan banyak kabel bila ingin dialiri listrik dengan genset. Senter tenda dari dukaca sekali lagi berguna untuk kami memgambil air wudhu sebelum menunaikan sholat Isya. Satu buah cahaya senter yang menerangi ruangan cukup besar menemani kami beribadah. setelah berdoa kami pun beranjak untuk tidur, aku menyinari seluruh ruangan untuk mencari posisi tidur yang nyaman. Senter pun aku arahkan kearah tembok sebelah barat terkejut aku ketika menyaksikan beberapa lukisan yesus dan salib di tembok, tepat menghadap lukisan yesus itu kami ngenghadap untuk solat isya tadi. Tak disangka tak diduga kami solat didepan lukisan yesus. Disinilah kami belajar untuk saling menghargai dan toleransi beragama. Asalkan tidak saling mengganggu dan menjelekkan agama masing-masing kita dapat hidup berdampingan.
Sekali lagi yang aku sukai dari petualangan ditengah bencana adalah mereka semua saling membantu tanpa mempertimbangkan suku, bangsa dan agama bersatu demi bertahan hidup dan menjalankan aktivitas dengan normal.
Kulawi, membuat aku yang kata orang lain kuat sekekita terlihat lemah. Perjalanan mendebarkan dan memberi katakutan yang amat sangat dalam hidup ini. Lika-liku jalan yang luar biasa, mengajarkan untuk tetap tegar dengan segala situasi dan ketakutan yang ada.
2 notes
·
View notes
Text
Keluarga Korban Meninggal di Margo City, Bantah Ada Santunan Rp 15 Juta dari Kemensos
KONTENISLAM.COM - Keluarga almarhum Mohamad Novandri (30) yang merupakan korban meninggal saat Mall Margo City ambruk membantah pernyataan Kemensos, terkait adanya santunan uang. Mereka mengaku, belum pernah menerima santunan kematian dari Kemensos yang diklaim mencapai Rp 15 juta, untuk Novandri korban meninggal insiden Mall Margo City. "Alhamdulillah kalau memang dikasih segitu. Tapi kenyataannya belum ada," ungkap Ani Suryani (35), kakak Novandri di rumahnya, Gang Pribumi, Jalan Cibubur III, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Diketahui, Kemensos akan memberikan santunan kematian senilai Rp15 juta untuk keluarga Novandri, pegawai J.Co yang meninggal tertimpa plafon dan puing bangunan Mall Margo City Depok. Bersama dengan dengan santunan kematian tersebut, Kemensos menerjunkan tim perawat dan bantuan ambulance ke lokasi kejadian. Mereka juga membantu para korban dan keluarganya dengan memberikan layanan trauma healing. Kepada SuaraBogor.id, Rabu (25/8/2021), Ani membenarkan adanya pendampingan dari Tim Kemensos sejak di rumah sakit. Namun mereka tidak memberi santunan tunai sama sekali. "Sejauh ini, Kemensos baru ngasih sembako dan bantuan pendampingan untuk almarhum sejak masih di rumah sakit, sampai di rumah hingga ke pemakaman," bebernya. Sembako, kata Ani, diberikan oleh beberapa Tim Kemensos yang datang bergantian ke rumahnya di hari pemakaman Novandri. "Sembakonya ada 2 kantong beras, 1 dus mie instan dan campuran makanan lain dalam satu dus yang agak besar," imbuhnya. Ani memastikan, keluarganya belum pernah mendapat santunan tunai dari pihak manapun. Baik dari pengelola Mall Margo City, J.Co ataupun Kemensos. "Belum ada, tapi memang katanya akan ada. Pihak J.Co juga membantu mengurus BPJS almarhum," tuturnya. Ani menegaskan, keluarganya tidak menuntut kompensasi apapun atas musibah yang terjadi. Mereka sudah ikhlas menerima kepergian Novandri untuk selamanya. Dia menyadari, musibah yang menimpa keluarganya memang rawan dijadikan ajang pencitraan. Namun Ia tidak mau ambil pusing terkait hal ini. "Biarin aja orang-orang mau ngomong apa," tukasnya. Dia hanya berharap, almarhum adiknya mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. "Mudah-mudahan, pengelola juga mengambil pelajaran dari insiden ini. Lebih memperhatikan aspek keselamatan pegawai dan asuransinya agar tidak ada Novandri-Novandri yang lain ," pungkas Ani.[suara]
from Konten Islam https://ift.tt/3mAzuiG via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/08/keluarga-korban-meninggal-di-margo-city.html
0 notes
Photo
POHON TUMBAMG MENIMPA TRUK BOX KARANGASEM --- Hujan deras dan angin kencang akibatkan sebuah truk box tertimpa pohon besar di Jalan Raya Celaga, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Minggu (28/2/2021) siang. Peristiwa nahas tersebut diperkirakan terjadi sekitar pukul 14.40 Wita. "Kami terima laporannya kurang lebih pukul 14.45 wita dan langsung digerakkan 6 rescuer dari Pos SAR Karangasem," tutur Gede Darmada, S.E., M.A.P. selaku Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar (Basarnas Bali). Dalam keterangannya ia mengatakan bahwa pohon tepat menimpa bagian depan dimana posisi supir dan satu orang lainnya berada. Pada pukul 15.32 Wita tim bersama dengan BPBD Kabupaten Karangasem tiba di lokasi kejadian dan melaksanakan evakuasi terhadap korban terjepit pada ruang kemudi yang tertimpa pohon tumbang. Sementara itu supir sudah terevakuasi dalam keadaan masih selamat dan segera dilarikan ke RSUD Karangasem atas nama Kadek Juliawan (30). "Saat tim gabungan tiba di lokasi, posisi kernet masih terjepit dalam keadaan meninggal dunia, dengan menggunakan peralatan ekstrikasi mereka berusaha membongkar body depan truk agar korban dapat terevakuasi," ungkap Darmada. Akhirnya sekitar pukul 16.28 Wita tubuh I Wayan Nuri Astawa (34) berhasil dikeluarkan dari himpitan. Selanjutnya jenasah dibawa menuju RSUD Karangasem dengan menggunakan ambulance RSUD Karangasem. Selama proses evakuasi berlangsung turut melibatkan Pos SAR Karangasem, BPBD Kabupaten Karangasem, Polsek Bebandem, Babinsa Bebandem, RSUD Karangasem dan juga masyarakat setempat. (ay/ hms dps) Info: @basarnas_bali #KarangasemNow_Official #PrayForKarangasem https://www.instagram.com/p/CL1PB4DrPN5/?igshid=hru8m1w1jboo
0 notes
Photo
Kecelakaan Maut di Jalan Raya Tlogomas, 1 Orang Meninggal
MALANGTODAY.NET - Kecelakaan maut terjadi di Jl. Raya Tlogomas tepatnya sebelah barat Terminal Landungsari. Akibat kecelakaan ini, Muhammad Abdullah Affan (43) warga Jl. Kertosentono RT 4 RW 2 Kelurahan Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, meninggal dunia pada Senin (28/1/2019). Dari keterangan Fatchur selaku saksi kecelakaan maut ini, korban ditabrak lari dengan sebuah mobil. Korban mengendarai sepeda motor Honda CB dengan pelat nomor N 7242 ET. "Ada mobil yang tidak diketahui nomor pelatnya melaju kencang, setelahnya menghantam motor korban dan terpelanting yang menyebabkan kepala korban yang tidak memakai helm menimpa ban belakang mobil yang berlawanan arah," ungkap Fatchur. Lebih lanjut, Fatchur menjelaskan, mobil yang menyerempet korban adalah mobil kijang silver yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah barat. Mobil kemudian menyenggol korban hingga korban jatuh ke kanan. Akibatnya, kepala korban terbentur ban belakang mobil yang sedang melaju dari arah timur. "Mobil yang nyerempet itu lari, Kijang warna silver kalau gak salah, dia kenceng sama sama dari barat dan nyenggol korban sampai jatuh ke kanan," pungkasnya. Petugas lalu lintas Polres Malang, dalam hal ini Brigadir Chandra segera melakukan evakuasi dibantu oleh masyarakat yang ada disekitar lokasi kejadian. Selanjutnya korban dibawa ke RSUD Saiful Anwar dengan ambulance untuk divisum. "Karena kondisinya sudah meninggal, langsung kita evakuasi ke RSUD Saiful Anwar," tutur Brigadir Chandra. Sampai berita ini diturunkan, keluarga korban masih menunggu hasil visum di RSUD Saiful Anwar. (ARB/AL)
Source : https://malangtoday.net/malang-raya/kota-malang/kecelakaan-maut-di-jalan-raya-tlogomas-1-orang-meninggal/
MalangTODAY
0 notes
Quote
Lombok Barat, NTB - Usai menggelar upacara bendera 17an di lapangan Kantor Bupati Lombok Barat, Komandan Korem 162/WB Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani, S.Sos. SH. M.Han., didampingi Bupati Lobar H. Fauzan Khalid, S.Pd., Dandim 1606/Lobar Kolonel Efrijon Kroll dan Kasrem 162/WB Letkol Inf Endarwan Yansori melaksanakan peninjauan dan pengecekan Apel Gelar Pasukan Kesiapsiagaan Bencana yang diikuti TNI, Polri, Basarnas, Satpol PP, Dishub, BPBD, Fasilitator dan anak-anak sekolah dengan menghadirkan perlengkapan penanggulangan bencana, Jumat (17/1). Pada kesempatan tersebut, Danrem 162/WB mengatakan pengecekan kesiapsiagaan ini untuk melihat secara langsung kesiapan personel dan peralatan yang akan digunakan dalam Penanggulangan bencana. "Apel gelar pasukan ini dilakukan untuk mendukung sepenuhnya proses penanggulangan bencana sehingga bisa meminimalisir adanya korban," ujar Danrem. Menurutnya, pihaknya bersama Forkopimda Lombok Barat melakukan pengecekan peralatan penanggulangan bencana seperti kendaraan, ambulance, perlengkapan dapur umum, mobil Basarnas, mobil pemadam kebakaran, peralatan pemotongan pohon dan lainnya. Namun demikian, orang nomor satu di jajaran Korem tersebut berharap semoga kedepan tidak ada musibah atau bencana yang akan menimpa Indonesia khususnya Provinsi NTB. Selain itu, Danrem juga menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap waspada terhadap segala kemungkinan mengingat cuaca yang tidak menentu, hindari loaksi rawan bancana, siapkan bahan makanan yang bersifat instan dan peduli terhadap setiap informasi dari sumber yang jelas serta tingkatkan keimanan dan ketaqwaan. Hadir juga mendampingi para Kasi, Danyonif 742/SWY, Dan/Ka Satdisjan, Kepala BPBD Lobar dan para Kepala SKPD Lombok Barat. (Penrem 162/WB)
http://www.delapanenam.com/2020/01/danrem-162wb-tinjau-apel-gelar-pasukan.html
0 notes
Link
tobasatu.com, Tanah Karo | Ketujuh orang mahasiswa salah satu universitas di Kota Medan yang tewas akibat tertimpa tembok pembatas di Pemandian Daun Paris Raja Berneh, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Minggu (2/12/2018) pagi dibawa ke rumah duka.
Korban yang tewas dibawa dari Rumah Sakit Amanda Berastagi. Isak tangis keluargapun pecah ketika jenazah dimasukan ke dalam mobil ambulance untuk diantarkan ke rumah duka masing-masing diantaranya Medan dan Tanah Karo.
“Sudah dibawa ke rumah duka dari Rumah Sakit Amanda,” ungkap Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Karo, Natanail Peranginangin, Minggu (2/12/2018) siang.
Namu kata Natanail, pristiwa itu bukanlah bencana alam tanah longsor sebagaimana dikabarkan sebelumnya, itu terjadi akibat rubuhnya tembok pembatas di joglo (gubuk) tempat korban menginap.
“Itu bukan bencana tanah longsor, jadi tembok pembatas di belakang gubuk berdinding tepas itu roboh menimpa mahasiswa yang kebetulan beristirahat di sana,” tandas Natanail.
Ia juga mengungkapkan kalau ke tujuh korban sudah terdata. “Kita bekerjasama dengan kepolisian dan TNI, dan semua korban tewas telah terdata. Korban yakni, Santika Theresia, Emiya Br Tarigan, Mones, Enjelita Br Ginting, Kerin Julanaita Br Bangun, Sendi Simamora, dan Elsa sari Br Ginting,” katanya.
Sementara itu Kapolres Karo, AKBP Benny R Hutajulu mengatakan, saat itu para korban tengah mengikuti kegiatan malam keakraban dan menginap di tempat istirahat yang ada di pemandian tersebut. “Sebagian besar korban merupakan mahasiswa senior dan mahasiswa baru,” katanya pada wartawan.
“Tadi pagi curah hujan cukup deras, kemungkinan besar tembok rubuh akibat hujan. Personel dan tim gabungan sudah mengevakuasi dan pendataan, saat ini jenazah dibawa ke rumah duka masing-masing,” tambahnya. (ts-03)
The post Tujuh Mahasiswa yang Tewas di Karo Dibawa ke Rumah Duka appeared first on tobasatu.com.
0 notes
Text
Keranda Menjalin
Hari itu adalah hari Senin. Hari yang dibenci banyak orang. Harus bangun dari mimpi menyenangkan tentang hari-hari tanpa kerja maupun belajar adalah kemalangan. Tapi pagi itu hal lain yang lebih malang menimpaku dan keluarga. Tepat pukul 11.05 kami kehilangan seseorang yang kami sayangi teramat dalam. Karena penulisnya aku dan aku hanya dapat menuliskan apa yang aku lihat dan rasakan, maka maaf apabila ini kesannya hanya Olga-centric saja karena memang iya.
Namanya Dewi. Selayaknya dewi-dewi di khayangan. Eyang Kung dan Eyang Ti memberinya nama itu dengan harapan agar hidupnya selayak di khayangan, mungkin. Tuhan mengambil nyawa itu ke khayangan terlalu cepat, demi mengabulkan doa yang menjadi namanya.
Dewi terlahir sebagai adik dari Yani. Yani adalah ibuku, yang namanya diambil dari seorang jendral yang juga merupakan seorang pahlawan nasional, walau mereka beda kelamin. Sewaktu kecil, terkadang aku diomeli dan dimarahi oleh baik Eyang Ti maupun adik ibuku yang lain (bernama Dian, seperti nyala api, dan memang manusianya pun berapi-api), dan Tante Dewi yang paling sering membelaku. Aku sangat yakin ini semua disebabkan karena kami memiliki kesamaan sifat.
Pernah pula di media sosial, aku diejek oleh teman-temanku. Aku berhak untuk diejek karena aku memang aneh. Dan selama itu kupikir mereka tertawa bersamaku. Mungkin juga tidak, tapi tahu apa aku? Dan sialnya, Tante Dewi kembali membelaku. Tapi kali itu aku tidak suka dibela. Mempermalukan aku saja. Aku sudah besar, dan mereka hanya bercanda. Tidak perlu lagi untuk dibela.
Tante Dewi kurang lebih adalah salah satu orang yang menjadi panutan bagiku. Karena kesamaan sifat kami, dan kesuksesan yang dicapainya waktu itu dalam karir tentu saja. Orang yang sangat ceria, senyumnya selalu yang paling lebar di tiap ruang yang dimasukinya. Maria Dewi Kurniawati Purnawengsari Nuryanto Putri adalah salah satu panutan bagiku.
Namun entah kenapa beberapa tahun terakhir, kualitas hidupnya menurun drastis. Mulai dari keguguran yang dialami hingga berkali-kali, berhentinya dari pekerjaan elit untuk fokus membangun keluarga, hutang-hutang yang katanya membelit, hingga penyakit ganas yang diturunkan oleh mendiang Eyang Kung mulai menimpa Tante Dewi. Sungguh malang, terlebih saat dirinya divonis kehilangan hampir seluruh dari kemampuan melihatnya. Namun entah mengapa Tante Dewi masih menjadi salah satu orang yang paling ceria di media sosial (karena akhir-akhir ini aku jarang bertemu dengannya).
Kehidupan mulai memisahkan kita. Aku sudah jarang sekali bertemu dengan Tante Dewi. Hingga saat terdengar kabar bahwa Tante Dewi jatuh sakit dan dirawat di sebuah rumah sakit di Bandung pun kurang kuhiraukan. Kondisinya makin memburuk, sampai akhirnya Tante Dewi jatuh koma. Aku sempat menjenguk walaupun Tante Dewi sudah dalam keadaan tidak sadar.
Dan hari Senin, tanggal 22 Januari 2018, pukul 11.05. Aku sedang duduk di kelas Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Ketenagakerjaan. Tiba-tiba Bapak menyuruhku untuk mengunjungi rumah sakit dimana Tante Dewi berada. Kata Ibu, Tante Dewi sudah pergi. Dan Ibu memintaku beserta Krishna untuk menemani suami Tante Dewi, Om Heru, pulang menuju Jakarta.
Aku pernah naik ambulance sebelumnya. Namun, tidak kusangka, kali ketiga aku naik ambulance bersama keranda jenazah. Sedikit bingung, serta canggung karena tidak setetes air matapun jatuh di pipiku maupun Krishna. Kami tidak terisak walau tangis Om Heru menderu-deru. Jujur, kami bingung harus apa.
Dalam diam selama 2,5 jam itu, pikiranku benar-benar kosong. Namun sempat terbersit di dalam otakku tentang Ibu. Memikirkan bagaimana hancurnya Ibu melihat adik manisnya yang sudah tiada. Tapi lagi, Ibu adalah salah satu manusia terkuat dan terdingin (dalam menghadapi kedukaan )yang pernah kukenal. Dan opini itu aku dapatkan dari beberapa keluarga besar.
Sesampai di Jakarta aku mencari-cari Ibu. Saat kutemukan, air muka Ibu sama seperti saat Ibu kelelahan setelah pulang kerja. Bedanya hanya terletak pada matanya yang berkaca. Baru dua kali dalam hidupku aku melihat mata Ibu seperti ini, saat menonton film Singapura berjudul ‘I Not Stupid’ dan saat itu.
Aku tidak tahu dimana aku harus menghentikan tulisan ini. Yang jelas aku lumayan terpukul karena hal ini. Tapi tidak seterpukul yang dibayangkan, sih. Dan rasanya masih tidak percaya, bahkan sampai sekarang. Namun hidup harus tetap berjalan. Tidak boleh stagnan dan berhenti. Tante Dewi sudah tenang dan bebas dari pesakitan, maka kita yang sekarang hidup tidak boleh mengecewakannya.
0 notes
Text
Berangkat Sholat Jumat, Tewas Tertimpa Tembok-koranmemo.com
New Post has been published on http://koranmemo.com/berangkat-sholat-jumat-tewas-tertimpa-tembok/
Berangkat Sholat Jumat, Tewas Tertimpa Tembok
Surabaya, koranmemo.com-Ayub Alfari (15) asal Wonosari Lor Gang 3 no 35 Kelurahan Wonokusumo, saat berangkat ke Masjid untuk sholat Jumat, tewas tertimpa tembok di Jalan Wonosari Lor Gang KB Rt 1 Rw 14 Keluraham Wonokusumo Kecamatan Semampir tepatnya depan kantor balai RT1 RW 14, Jumat (25/8). Korban yang masih kelas 2 SMP itu meninggal di lokasi dalam posisi sujud.
Menurut Syamsul, salah satu saksi sekitar pukul 12.10 WIB korban berangkat dari rumah menuju ke masjid terdekat dengan berjalan kaki. Sudah menjadi lintasan korban melewati tempat kejadian. Tanpa hujan atau angin tiba- tiba tembok gudang tua roboh dan menimpa korban.
Korban yang tidak menyangkan tertimpa tembok tidak sempat lari.” Saya dengar suara braakkkk…lalu saya keluar dan melihat ada tembok runtuh. Setelah saya dekati ternyata ada korbanya,” terangnya.
Melihat itu sebagian warga melaporkan ke kantor polisi terdekat dan lainnya mencoba menolong korban. Tak lama anggota polsek Semampir dan ambulance dari pemkot datang. Korban dibawa ke rumah sakit dr Soetomo untuk kemudian dilakukan visum. ” Kalau memang ada kelalaian pemilik gudang kita akan kembangkan kesana. Karena, gudang sudah lama tidak ada perbaikan,” AKP Junaidi, Kanit Reskrim Polsek Semampir.
Sementara itu menurut H. Suwono tokoh masyarakat, bahwasannya pabrik yang berdiri sejak 1960 ini telah dua kali terjadi kebakaran dan terkhir berfungsi sebagai gudang penitipan, lamanya usia tembok serta tak terawatnya sehinggah bangunan tersebut terlihat miring. Bonting alm selaku pemilik pertama, sudah mengalihkan kepemilikan kepada Weli. Dan ketika ditelusuri keberadaan Weli di kediamannya tidak ditemukan.” Kesepakatan warga akan menuntut pemilik gudang yang temboknya ambruk,” tegasnya.
Reporter: Ahmad Alamudin
Editor: Achmad Saichu
0 notes
Text
H 12 Ramadhan
Waktu yang bergulir tak akan bisa kembali lagi. Kejadian yang telah berlalu yang berdampak negatif akan selalu menjadi penyesalan di akhir. Apa yang kita lalui setiap harinya menorehkan suka dan duka. Ada ujian yang membuat semakin kuat, ada nikmay yang membuat kita terlalai. Saya menikmati pemandangan hari ini dari pagi hingga petang menjelang buka puasa sekarang ada begitu banyak musibah yang menimpa dari orang yang ada di lingkungan kita. Yah rab, nikmat yang mana lagi saya dustakan. Saya bisa duduk tenang, melayani para donatur, menguhubungi rekan sedang diluar sana saudari kami ada yang merintih. Puluhan mobil pemadam kebakaran lewat dengan sirinenya yang begitu mengaung. Ambulance pun tak selang berapa jam juga selalu lewat. Hal ini menyadarkan saya bahwa satu persatu setiap harinya kita sedang menunggu ajal menjemput. Keluarga yang ditinggalkan hanya mengantar sampai di tempat pemakaman. Harta saudara kita yang sedang mendapat musibah di lalap si jago merah ludes tak bersisah. Lalu, apalagi yang membuat kita begitu merasa waw di hadapannya?? Petik hikmah setiap apa yang kita lewati. Hidup adalah pilihan. Setiap perbuatan yang akan kita lakukan seringkali membuat pergolatan batin. Berani berbeda di jalan yang baik. Hm, berpikir rasional dan idealis serta bijak menentuka hidup untuk investasi akhirat. Makassar, Juni 7 th 2017 Pukul 17.45
0 notes
Text
Thought via Path
SITUATION REPORT #2 LONGSOR PONOROGO JAWA TIMUR Jenis Kejadian : Tanah Longsor Lokasi Kejadian : Ponorogo, Jawa Timur Waktu Kejadian : 1 April 2017 I. INFORMASI KUNCI Telah terjadi bencana tanah longsor pada hari Sabtu, 1 April 2017 sekitar Pukul 07.40 WIB di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo, Prov. Jawa Timur. Dampak : Meninggal dunia : 3 orang Hilang (dalam pencarian) : 25 orang Luka berat : 1 orang Luka ringan : 19 orang Rumah rusak/hancur : 28 rumah II. KRONOLOGI KEJADIAN Sekitar 3 pekan sebelum kejadian tanah longsor, tebing tanah bagian atas mengalami retakan kurang lebih 30 cm, yang berangsung-angsur mengalami penambahan retakan 9 meter pada satu pekan, dan 15 meter pada 3 pekan setelahnya, bahkan pada 31 Maret 2017 tercatat 20 meter dari retakan tersebut mengalami penurunan tanah. Menindaklanjuti informasi retakan tersebut, Pemkab Ponorogo bersama pemerintah desa memfasilitasi tempat pengungsian pada malam hari, sedangkan pagi hingga siang hari warga beraktivitas seperti biasa. Dan jika turun hujan, warga juga dihimbau untuk berhati-hati dan mencari tempat yang lebih aman. Satu hari sebelum kejadian, terjadi hujan cukup lebat dengan intensitas 200 mm-300mm (BMKG) yang mengakibatkan tebih tanah mengalami longsor sekitar pukul 07.40 WIB yang menimpa warga yang sedang berada di ladang dan menimpa rumah warga. Berdasarkan keterangan salah satu warga yang menjadi saksi hidup, Pak Ari, yang ditemui Tim PKPU, terdapat 10 warga yang sedang berkebun dan terkena dampak longsoran; banyak siswa yang sudah masuk sekolah dan selamat, namun beberapa orangtua korban menjadi korban. III. GAMBARAN SITUASI Perjalanan menuju lokasi bencana tanah longsor di Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo cukup terjal dan memiliki kemiringan lereng yang cukup curam. Lokasi bencana dibagi menjadi 3 area/ring untuk menjaga keamanan dan keselamatan baik warga, petugas dan relawan. Sebanyak 1090 personil yang terdiri dari TNI/POLRI, Dinas, dan relawan, termasuk Tim Rescue PKPU Human Initiative terlibat aktif dalam proses pencarian dan evakuasi hari ini (2/4/2017) sejak pagi, yang dibantu alat berat sebanyak 7 buah dan koordinasi terpusat di Posko BPBD Kab. Ponorogo. Dari 28 korban yang tertimbun, 2 korban atas nama Ibu Katemi (70 tahun) dan Bapak Iwan (40 tahun) ditemukan masing-masing pukul 10.15 dan 11.45 WIB. Dan pukul 15.00 WIB proses pencarian dihentikan karena kondisi cuaca hujan. Informasi Pengungsi: Total pengungsi 178 jiwa yang tersebar di 5 titik diantaranya : Dirumah pak Lurah : 36 orang Dirumah pak Agus Suryono : 9 orang Dirumah pak Endar : 55 orang Dirumah Sisri Gondang Sari : 13 orang Di Dukuh Tangkil : Rumah Kisut : 12 orang Rumah Sumanto (15 orang) Rumah Parwoto (25 orang) Rumah Bibit (20 orang) Sumber : Posko BPBD Kab.Ponorogo, Tim PKPU di lokasi IV. RESPON PKPU HUMAN INITIATIVE Koordinasi di internal PKPU Koordinasi dan komunikasi dengan POSKO Bencana BPBD Kab. Ponorogo, pemerintah desa setempat dan komunitas relawan Melakukan assessment data dan kebutuhan pengungsi dan warga yang terdampak Di bawah kendali operasi BPBD bersama komunitas relawan lainnya melakukan proses pencarian korban bencana Mendirikan Pos PKPU di ring 1 lokasi bencana, yang cukup dekat dengan Pos Komando Membantu proses evakuasi korban menggunakan mobil Ambulance PKPU Human Initiative. Resource Tim PKPU : 1. Ambulance: 1 unit 2. Tim PKPU: 9 personil V. RENCANA LANJUTAN Melanjutkan proses pencarian dan evakuasi Pendirian pos dapur air (food item) Melanjutkan assessment data Penambahan 2 personil tim emres PKPU pusat Distribusi non food item VI. KEBUTUHAN YANG DIPERLUKAN 1. Food Item (Dapur air) 2. Non Food Item (pakaian, selimut, sarung, hygenie kits) VII. Informasi Donasi: 1) a/n. Yayasan Pos Keadilan Peduli Ummat Bank BNI, Tebet Branch Account No. (USD) : 117.85.951 Account No. (IDR) : 117.85.917 Account No. (Euro) : 0210321968 Swift Code. : BNIDJA 2) a/n. PKPU * Bank Mandiri, Thamrin Nine Branch Account No. (USD) : 122.000.6945.888 * Bank Mandiri, Pasar Minggu Branch Account No. (IDR) : 126.000.1005.114 Swift Code : BMRIIDJA 3) Via Paypal: [email protected] 4) Confirmation Donation: ☎ Telepon: +6221-87780015, ext: 124/128/129 📱SMS/Whatsapp Center: +628 111 518 111 📩 Email: [email protected] 💻 www.pkpu.org – Read on Path.
0 notes
Photo
Isak Tangis Keluarga Korban Kebakaran Karangbesuki Pecah
MALANGTODAY.NET - Isak tangis keluarga korban meninggal dalam kebakaran Karangbesuki pecah. Mereka yang mengetahui sanak keluarganya tewas pun tak dapat membendung rasa sedih. Tampak belasan orang dan perempuan separuh baya pun menangis sejadi-jadinya begitu sampai di kamar jenazah RSSA Kota Malang. Kelima keluarga merasa tak kuasa dengan takdir yang menimpa keluarganya. Baca juga: Lima Orang Tewas dalam Insiden Kebakaran di Karangbesuki "Sarmini nggak onok nduk, kok becik men anakku (Sarmini sudah tidak ada nak, kenapa seperti ini anakku)," isak tangis keluarga korban Sarmini begitu tiba di KM RSSA Malang. Para petugas pemadam kebakaran yang mendampingi pun mencoba untuk menenangkan para keluarga korban. Namun tangisan terus pecah dan raut kesedihan masih saja melintasi setiap keluarga korban kebakaran tersebut. Sementara sekitar pukul 16.30 WIB, Kapolresta Malang, AKBP Khoiruddin Hasibuan tiba di KM RSSA. Didampingi jajaran kepolisian, pria berkacamata itu mencoba menenangkan keluarga korban dan mengajak keluarga untuk melakukan tes DNA. Saat ini, jenazah menurutnya masih sangat sulit untuk diidentifikasi. Sehingga, keluarga tidak diperbolehkan membawa pulang jenazah sebelum dilakukan tes DNA. Pihak kepolisian akan meminta kerjasama keluarga korban. Baca juga: Home Industri di Karangbesuki Terbakar, Mobil PMK dan Ambulance Berdatangan "Agar tidak salah membawa jenazah, maka akan kami lakukan tes DNA dulu," paparnya. Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, menurutnya ada lima korban yang meninggal dunia akibat musibah kebakaran tersebut. Kelimanya adalah Sarmini, warga Kucur Klaseman RT 19 RW 08, Ani (Anifatul Zahro) warga Petung Sewu RT 16 RW 04, Suwarno warga Jl. Raya Candi VI Gasek RT 09 RW 06, Iis warga Petung Sewu RT 16 RW 04, dan Ningsih, Jl. Raya Candi II Klaseman 33. (Pit/end)
Source : https://malangtoday.net/malang-raya/kota-malang/keluarga-korban-kebakaran-karangbesuki/
MalangTODAY
0 notes